Kasi Pengembangan Cagar Budaya Dispuspar Karawang, Neni Martini, mengapresiasi kuatnya pelestarian budaya di Mulangsari. Menurutnya, hajat bumi bukan sekadar ritual, tetapi juga bentuk kesadaran masyarakat dalam menjaga harmoni alam.
“Mulangsari masih memegang erat adat gotong royong dan penghormatan kepada bumi. Keseimbangan antara alam dan aktivitas manusia harus dijaga, terutama untuk menjaga keberlanjutan pertanian. Lingkungan rusak, hasil pertanian pun ikut terancam,” ujarnya.Neni menyebut warga tampak kompak mengikuti prosesi doa bersama yang digelar di makam leluhur desa, Mbah Malaka, sebagai wujud rasa syukur atas berkah hasil bumi.
“Tradisi ini sarat nilai. Ada gotong royong, rasa syukur, penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kepedulian terhadap lingkungan. Ini yang harus terus dijaga,” tambahnya.
Pelaksanaan hajat bumi tahun ini juga diramaikan penampilan seni dari lima kabupaten/kota di wilayah Pantura Jawa Barat: Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Subang, Purwakarta, dan Karawang. Pertunjukan dipusatkan pada Sabtu malam sebagai ruang apresiasi bagi para seniman daerah.Soal kemungkinan penetapan makam Mbah Malaka sebagai Kawasan Cagar Budaya (KCB), Neni menegaskan bahwa hal itu belum masuk tahap kajian.
“Penetapan cagar budaya membutuhkan proses dan kajian tim ahli. Melihat sejarahnya, situs ini memang memiliki nilai penting bagi desa. Namun untuk saat ini kami fokus mengapresiasi kegiatan hajat buminya dahulu,” jelasnya.
Neni menutup dengan menegaskan bahwa melestarikan tradisi lokal seperti hajat bumi adalah cara menjaga jati diri serta memperkuat solidaritas antarwarga. (Kry)



Lintas Indonesia
Taktis.web.id
Zonix.web.id
Pojok Media
Politikanews
Gepani.web.id
Borneonews.web.id
Kalbarsatu.web.id
Karawang Bergerak
Bukafakta.web.id
Radarkita.web.id
Inspirasi.web.id
Indeka.web.id
Kampara.web.id
Linkbisnis.co.id
Expose.web.id
Suarakotasiber
RIzki Suarana